Kamis, 26 Juli 2012

Kisah Meja Kayu


Ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya, menantunya dan cucunya yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak  tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya  pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di  ruang  makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering  mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan  dengan mata yang rabun membuatnya susah untuk menyantap makanan.”Sendok dan garpu kerap jatuh kebawah. Saat si kakek  meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini..”"Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku  sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah  meja  kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk  untuk makan sendirian, di saat semuanya menyantap  makanan. Karena sang kakek sering memecahkan piring,  keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si  kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam  mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek.  Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu  omelan  agar ia tak menjatuhkan makanan lagi……

Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua  dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah & ibu  memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu“ Dengan lembut ditanyalah anak itu. 
"Kamu sedang membuat apa, nak ?".
 Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat  ayah dan ibu untuk makan saat aku besar nanti.  Nanti, akan  kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa
makan…." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.


Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih  dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmata’pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak  ada  kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti,  ada  sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka  menuntun  tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja  makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada  piring yang  jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda.  Kini,  mereka bisa makan bersama lagi di meja utama….

“Orang Tua adalah teladan bagi anak-anak”

0 komentar:

Posting Komentar